Sabtu, 10 November 2012

Beautiful Midnight


Surat untuk Serafina Tersayang
Halo, Serafinaku.
Terima kasih, kamu sudah membaca suratku terlebih dahulu sebelum membuangnya kemarin. Aku cukup bahagia mengetahui kamu masih peduli dan tetap membacanya. Meski pun aku tidak tahu pasti apakah ketika kamu membuangnya di tempat sampah rumah sakit kemarin sore, kamu sudah membaca surat itu sampai akhir atau tidak.
Tapi, aku mohon, kali ini, bacalah surat  ini sampai selesai. Sampai aku mengucapkan kalimat penutup padamu. Kali ini aku tidak akan memintamu kembali seperti kemarin, tenang saja. Aku janji, Ser, tapi, tolong baca surat ini sampai akhir.
Aku hanya ingin bercerita, Ser. Sekali-kali aku juga ingin membuat senyum di wajahmu itu tercipta karena aku. Meski pun kini senyum itu sudah bukan milikku lagi, tidak apa, asal kamu bisa tersenyum ketika mengenangku, itu sudah lebih dari cukup.
Hmm, kamu pasti masih suka begadang ya? Masihkah kamu tidak bisa terlelap sebelum jam tiga pagi? Masihkah kamu suka berbaring di atas atap rumahmu sambil mendengarkan John Mayer dan memandangi malam?
Jika masih, kamu seharusnya tidak melakukan itu lagi, Ser. Bukan! Jangan salah sangka! Aku tidak menganggapmu lemah atau pun mengasihani kondisimu. Aku hanya peduli padamu. Karena aku memang tidak pernah menganggap kamu lemah, Ser. Tidak pernah. Aku tahu kamu kuat, tapi sebagai orang yang mencintaimu aku hanya tidak ingin melihat kamu terluka. Hanya itu.
Ser.
Jangan marah…
Aku benar-benar peduli padamu. Sungguh.
Oke, cukup. Aku kan janji ingin bercerita dan menghiburmu.
Kamu ingat tidak ketika kencan kita yang keempat? Hari itu hari selasa dan annive kita yang kesatu bulan. Seperti selasa sore biasanya, kamu datang menemuiku di Starbucks tempat aku bekerja. Kamu cantik sekali, Ser, hari itu. Meskipun hanya dengan kaos yang kamu padukan dengan syal. Kamu terlihat sangat cantik di mataku.
Hari itu, seperti rencana kita sebelumnya. Kita akan berjalan kaki dari Starbucks ke taman kota, makan es krim, lalu ke rumahmu.
Kamu itu unik. Baru kali ini aku menemui perempuan yang ingin merayakan anniversary dengan jalan kaki.
Katamu, kamu ingin membuat sejarah yang berbeda. Hmm…
Kita mulai perjalanan hari itu pukul delapan malam. Sampai di taman kota kita  duduk dan tertawa karena ketika mata kita saling bertemu, sangat kentara sekali kalau kita berdua kelelahan. Kita berbicara tentang apa saja malam itu, tentang aku dan kehidupanku, tentang kamu dan mimpi-mimpimu, tentang langit malam itu, sampai tentang masa lalu kita berdua.
Kamu itu hebat, meskipun kamu lelah, kamu masih semangat ketika diperjalanan pulang kita menemukan sebuah pasar malam. Kamu paksa aku untuk mampir kesana dan kamu ingin naik bianglala. Sambil makan gulali. Katamu biar seperti di film-film. Haha, Serafina..Serafina, kamu itu ada-ada saja.
Aku masih ingat, Ser, bagaimana kamu tertawa, bagaimana kamu membuat muka lucu seperti ikan kembung ketika kamu memainkan permainan memancing, bagaimana senangnya kamu ketika aku berhasil memenangkan boneka lumba-lumba bewarna biru muda, bagaimana manjanya kamu ketika memintaku untuk menggendongmu, bagaimana kita berdua sangat bahagia.
Aku masih ingat dengan jelas seluruhnya, Ser. Dan aku mengingat itu sambil tersenyum, ku harap kamu juga.
Setelah sampai di rumah, kita teringat satu hal. Es krim! Kita lupa membeli es krim. Akhirnya kamu menyuruh Mas Har untuk membelikannya untuk kita. Entah beli dimana Mas Har, supir Papa yang gaul itu, kita sampai hampir melupakannya karena terlalu asik berbincang dengan Mama Papa dan Sean di ruang keluarga.
Kedua orang tuamu dan Sean sudah pamit tidur hari itu, kamu masih menahanku pulang karena katamu aku sudah janji untuk makan es krim denganmu. Walau pun awalnya aku merasa tidak enak, tapi izin kedua orang tuamu membuatku merasa nyaman.
Beberapa menit setelah itu, Mas Har akhirnya datang. Dan kamu…katamu kamu ingin makan es krim di tempat favoritmu di rumah ini. Tidak ernah terlintas sedkitpun di otakku kalau tempat favoritmu itu atap rumahmu. Aku takjub melihat kamu begitu lihai melompat kesana kemari menuju atas atap rumahmu. Aku pikir wanita anggun sepertimu, tidak suka hal-hal yang menghasilkan keringat seperti itu. Tapi, sekali lagi, aku memang beruntung. Karena kamu berbeda.
Ser, malam itu bintangnya banyak.
Kamu senang sekali ketika melihatnya. Dan kita kemudian makan es krim dalam diam. Meski pun tanpa kata, kita berdua tetap merasa damai.
Ada sepintas pembicaraan kita yang membuatku tak pernah menyesal telah memiliki dirimu, Ser.
“Kenapa kamu mau sama aku, Ser?” tanyaku waktu itu.
“Soalnya…”
Kalimatmu menggantung membuat jantungku berdebar lebih kencang.
“Apa?”
Kamu bangkit dari posisi baring ke posisi duduk dan menatapku. Aku ikut bangkit.
Kamu tersenyum.
Tidak juga menjawab pertanyaanku.
“Serafina…” panggilku.
Kamu hanya tersenyum dan memelukku.
“Dingin ya, Za,” bisikmu.
Aku menatapmu heran. Takut. Senang. Jadi satu. Heran karena kamu mengalihkan pembicaraan. Takut karena aku pikir, kamu tidak benar-benar menginginkanku. Senang karena bisa melihatmu dari jarak sedekat ini.
Kemudian…senyummu tiba-tiba saja melekat dengan sempurna di bibirku.
Samar-samar, setelah aku merasakan pertama kali manisnya senyummu di bibirku, setengah sadar aku seperti mendengarmu berbisik, “Because you are my first kiss, Za,”
“Apa?” tanyaku malam itu.
Kamu menggeleng dan tidak mau mengatakan kalimat yang samar-samar kudengar ketika kesadaranku belum kembali dari awang-awang karena senyum manismu malam itu.
Aku hanya ingin tahu, Ser. Is that true?
Because that was the most beautiful scene in my life.
Dan perjalanan pulang tengah malam itu tidak pernah semenyenangkan malam itu.
Simpan jawabanmu, Ser, sampai nanti kamu siap untuk menemui aku lagi.

Dari pria yang mencintaimu,
Reza
***
PS : Project Imagination #10 dari tema “Beautiful Midnight
Cerita sebelumnya tentang Reza & Serafina http://ririnur.blogspot.com/2012/10/dont-stop-cant-stop.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar