Sabtu, 17 November 2012

Tentang Dia


Musim dingin yang sepi tanpa dia di Manhattan

Sepintas tentang dia, wanitaku yang selalu wangi kopi.
Dia tidak pernah tahu, wangi kopi yang bercampur dengan aroma tubuhnya membuat kecanduan yang tak terlakan bagiku dan selalu membuatku ingin memeluknya diam-diam tiap malam.
Dia tidak pernah tahu, hiruk pikuk kota Manhattan tidak pernah bisa membuatku berhenti memikirkan dia. Tiap detik. Tiap menit. Senyumnya selalu menjadi penenang dalam hariku yang di buru waktu.
Dia tidak pernah tahu, setiap wajah manisnya berubah serius ketika membuatkan masakan untukku membuatku ingin sekali menciumnya dan membisikan kalimat, “Baby, marry me once again, and again, and again. I love the way you say ‘yes I do’ in front of our beloved family. Marry once again.
Tidak dia tidak pernah tahu itu. Sedikit pun tidak tahu bahwa aku mencintainya lebih banyak dari yang dia lakukan. Setiap jalan dalam hidupku penuh namanya, penuh rencana manis tentangnya. Selalu hanya dia.
Hidupku penuh mimpi…suatu saat aku dan dia akan bermain sky bersama anak kami dan tertawa bersama melupakan dinginnya kota Manhattan. Tidak dia tidak pernah tahu itu.
Dia tidak pernah tahu, selalu ku sematkan namanya di tiap doaku. Ia tidak pernah tahu ketika aku bisikan aku ingin bersamanya—hanya dia tanpa smart phone apalagi tv—di atas kasur di balik selimut kami, berarti aku sangat-sangat merindukan dia. Aku sangat menyukai apa yang ia lakukan untukku. Aku memujanya. Seluruh tentangnya. Senyumnya, tubuhnya, gaya bicaranya, marahnya, pelukannya, masakannya, caranya membangunkanku tiap pagi, seluruhnya yang tak mungkin aku sebutkan lebih jauh. Aku memujanya.
Tapi dia tidak tahu.
Dia tidak tahu kalau aku tidak suka ada pria lain selain aku yang ia suka suaranya. Aku benci Michael Buble. Karena yang aku mau hanya aku yang membuatnya tersenyum seperti itu. Hanya aku.
Dia tidak tahu sedikitpun, aku sengaja lupa mematikan lampu kamar mandi. Untuk membuatnya bicara. Aku ingin mendengar suaranya yang lembut itu berubah tinggi dengan cara yang anggun ketika mematikan lampu.
Dia tidak pernah tahu…
Setiap week days aku ingin pulang cepat dan menemukan dia menyambutku di apartemen kecil kami sambil tersenyum dengan muka bantalnya yang lucu. Dia tidak pernah tahu aku berlari mengejar bus agar bisa melihat itu. Dia tidak tahu.
Dia juga tidak tahu ketika aku tidur membelakanginya malam itu, sesungguhnya aku ingin dia yang memelukku. Dari belakang. Sampai pagi. Tapi, dia tidak pernah tahu.
Dia tidak pernah tahu aku patah hati. Ketika ia muram pagi itu. Ketika ia tak lagi tersenyum menyambutku bangun dari tempat tidur. Ketika dia tidak menahanku ketika aku pura-pura lupa tidak menciumnya sebelum kami berpisah di SubWay.
Dan ketika dia hanya terhenti di antara kerumunan orang ketika aku hanya melewatinya tanpa tersenyum.
Aku patah hati dia tidak mengejarku.
Tapi dia tidak tahu itu. Padahal sudah kukenakan syal pemberiannya, mengapa sulit bagimu sadar aku menginginkanmu lebih dariku, Dara?
Dia tidak pernah tahu. Atau pura-pura tidak tahu? Atau memang aku yang terlalu berharap lebih darinya?
God, I really need her to love me. I need her to need me in her day.
Tapi dia tidak pernah tahu.
Kalau pria terkadang ingin sekali di manja. Kalau pria seperti aku kadang sulit ungkapkan cinta lewat kata. Kalau pria terkadang merasa begitu kecil dan takut kehilangan, dia tidak pernah tahu itu. Yang dia tahu aku pergi meninggalkannya.
Salahku. Maafkan aku, Dara.
Bukan salah cuaca yang membuatku kedinginan hari ini, tapi karena caraku yang salah hingga membuatnya kini tak ada di sampingku.
Karena ia tidak pernah tahu, ada cinta yang hangat untuknya di hatiku yang kini perlahan berubah menjadi sedingin salju ketika aku lihat dia menangis di ujung jalan sana.
Dia tidak pernah tahu. Aku ingin bunuh diri karenanya.
Tapi sekarang aku ingin dia tahu.
Aku mencintainya. Lebih dari apapun.
Aku ingin dia tahu dalam hidupku yang sederhana ini selalu tentang dia.
Hanya dia.
Demi dia.
Untuk dia.
Dan masa depan kami.
It is always been you, Dara…
***
cerita sebelumnya : "Tentang Kamu" http://ririnur.blogspot.com/2012/11/tentang-kamu.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar