Sebuah surat untuk
Serafina.
Jakarta,
6 November 2012
My Dear, Serafina. Kamu mungkin
sudah lupa berapa lama kita tidak saling bertukar sapa. Kamu mungkin sudah
tidak ingat lagi bagaimana kita pertama kali bertemu dulu. Kamu mungkin sudah
memutuskan untuk melanjutkan hidupmu tanpa mengenang aku sebagai bagian dalam
hidupmu. Kamu mungkin sudah tidak tahu harus menjawab apa ketika aku datang dan
menanyakan kabarmu.
Kamu sudah
tidak mau lagi peduli adaku.
Singkat
kata, kamu memilih untuk menjadikan aku sebagai seseorang yang tidak pernah ada
dalam hidupmu meski pun hanya sebentar.
Demi Tuhan,
Ser, jalan pisah yang kamu pilih sangat menyakitkan. Ini sama menyakitkannya
seperti melihat sepatu converse putih
kesayanganku yang baru saja ku cuci terguyur hujan dan penuh noda. Sama menyakitkannya
dengan berlari sebegitu jauh tanpa tahu garis finish. Sama menyakitkannya
seperti melihat kamu menangis karena kebodohanku.
…
Serafina,
lihat kamu sekarang.
Tetap cantik
dan makin sehat, kamu makin kuat, kamu tetap terlihat bahagia. Meski pun kamu
tidak lagi disisiku.
Aku memang
tidak akan pernah mengerti alasan mengapa kamu memilih untuk menyingkirkan aku
dalam hidupmu? Mengapa ketika kamu membuka mata kamu menyebut namaku lirih dan
keesokan harinya kamu bilang tidak ingin bertemu denganku? Mengapa kamu meminta
seluruh keluargamu untuk menutup aksesku padamu? Mengapa aku harus merelakan
kamu berjuang sendirian di sana melawan kanker di tubuhmu?
Mengapa
tidak ada lagi kita?
Mengapa
senyummu tidak lagi bisa kunikmati dari dekat?
Mengapa
kamu biarkan semua rencana yang kita susun hilang terbawa kesedihanmu?
Mengapa
kamu tidak mau berbagi rasa sakitmu denganku?
Mengapa
tidak lagi kulihat kamu berjalan dengan seluruh pesonamu menuju counter
Starbucks setiap hari Selasa sore?
Mengapa
kamu biarkan aku merasakan ini?
…
Serafina,
terlalu banyak mengapa tanpa jawabmu sudah mampu membuatku gila. Satu-satunya
hal yang bisa membuatku kembali dari kegilaanku adalah dengan melihatmu tersenyum
dari jauh. Hanya sepintas saja, Ser, aku tidak minta lebih dari itu. Agar aku
bisa tetap bertahan hidup jauh darimu.
Biar saja
kamu tidak tersentuh. Asal kamu masih mampu ku lihat. Aku rasa semua itu cukup.
Cukup untuk membuatku merasa bahagia.
Mereka
selalu bertanya-tanya padaku, mengapa aku bisa sebegitu dalamnya menginginkan
hadirmu. Mengapa aku bisa sebegitu sayangnya padamu. Aku tidak tahu, Serafina,
aku tidak tahu mengapa aku bisa seperti ini padamu.
Yang aku
tahu adalah aku mencintaimu tanpa karena. Tanpa alasan. Tampa embel-embel yang
mungkin kamu harapkan dari seorang laki-laki yang kamu pilih sebagai pasanganmu.
Aku tidak perlu mengatakan kamu cantik atau kamu baik atau kamu memang sosok
yang mudah untuk di sayang. Aku tidak perlu. Semua memang ada padamu.
Aku sungguh
mencintaimu tanpa karena, Ser.
Aku sungguh-sungguh
tidak tahu alasan yang tepat jika mereka bertanya mengapa aku mencintaimu.
Lucu ya,
Ser? Haha. Atau mungkin kamu kecewa karena dicintai dengan alasan yang tidak
jelas?
Baik. Akan
aku berikan satu karena untuk membuatmu tahu aku sungguh-sungguh dan mungkin
mampu membuatmu kembali.
Aku mencintaimu
tanpa karena…karena jika aku
mencintaimu dengan karena aku akan punya banyak karena yang lain untuk meninggalkanmu.
Dan aku sama sekali tidak ingin meninggalkanmu. Tidak akan pernah.
Ser? Belum
cukup?
Kalau hanya
alasanku yang membuatmu pergi, maukah kamu kembali jika sekarang aku ungkapkan
yang sesungguhnya?
Hmmm,
Serafina, Aku mencintaimu karena aku tidak pernah tahu bagaimana caranya tidak
mencintaimu.
Katakan
padaku, Ser, jika semua itu belum cukup. Aku rela menyiapkan berbagai alasan
jika itu bisa membuatmu kembali merangkai kata kita. Jika itu bisa membuatmu
bahagia dengan alasanku. Jika itu mampu membuat kita terus ada sampai nanti
waktu memisahkan kita.
Aku rela
merubah segalanya. Untukmu. Hanya untuk dirimu.
Dari orang
yang berusaha mencintaimu dengan karena,
Reza
***
PS : Project Imagination #6 dari tema 'Aku Mencintainya Tanpa Karena'
cerita sebelumnya tentang Serafina dan Reza : http://ririnur.blogspot.com/2012/10/dont-stop-cant-stop.html
lanjutan cerita tentang Serafina & Reza : http://ririnur.blogspot.com/2012/11/beautiful-midnight.html
next : http://ririnur.blogspot.com/2012/11/belajar-biasa.html
lanjutan cerita tentang Serafina & Reza : http://ririnur.blogspot.com/2012/11/beautiful-midnight.html
next : http://ririnur.blogspot.com/2012/11/belajar-biasa.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar