Seperti hari biasa. Aurora bangun
tergesa dari tidurnya yang singkat. Cuma tiga jam! Ia bangkit sambil memegangi
leher bagian kiri yang sakit karena posisi tidurnya yang salah—bukan hanya
posisi tidur tapi juga tempat ia tidur yang salah, ia tertidur di meja kerja
yang ada di kamarnya. Di depan laptop. Ia terlalu asik mengedit bahan
presentasi hari ini.
Sebagai seorang yang bekerja di
perusahaan iklan, entah mengapa ide selalu datang di saat yang salah bagi
Aurora. Tengah malam. Itulah yang membuat Aurora, si seksi—begitu julukannya di
kantor karena tubuhnya yang memang membuat mata pria tidak bisa menahan untuk
tidak meliriknya—kerap tidur pagi dan bangun pagi lagi.
“Bun, sepatu aku yang warna cokelat
itu dimana ya?” Tanya Aurora tiga puluh menit kemudian.
Ia mandi secepat kilat dan dandan
seadanya. Rambut panjangnya hanya di jepit dengan jepitan cantik pemberian
Bunda.
Bunda keluar dari dapur, wanita yang
sangat ia sayangi itu mendekati Aurora yang heboh di depan rak sepatu.
“Yang mana?” Tanya Bunda.
“Yang kemarin aku taruh sini, Bun. Yang
biasa aku pakai,” jawabnya panik.
“Oh itu. Bunda cuci kemarin sore,
belum kering.”
Jawaban Bunda membuat Aurora kaget setengah
mati. Itu kan…sepatu kesayangannya. Sepatu ajaibnya. Sepatu yang selalu
menemaninya dikala dia harus menghadiri acara penting termasuk hari ini. Presentasi
untuk produk selai roti ternama yang ia incar berbulan-bulan. Tanpa sepatu itu…magic won’t happen, bagi Auora yang
percaya takhayul.
“Duh! Bun! I need that shoes for my big day today,” rengeknya pada Bunda.
“Kamu punya banyak sepatu, kenapa
bingung banget sih, Sayang? Pakai yang ini,” Bunda menujuk pada sepatu formal
bewarna hitam miliknya.
“Bun, tanpa sepatu itu…keajaiban
nggak akan terjadi. Aku ada presentasi penting hari ini,” kata Aurora.
Bunda tersenyum, “Yang kamu butuhkan
itu sarapan, Sayang. Biar kamu nggak pusing dan berpikir lebih tenang. Keajaiban
akan datang kalau kamu bisa berpikir tenang, lagi pula Bunda selalu doakan
kamu. Pasti kamu berhasil hari ini. Sekarang sarapan dulu, ya.”
Aurora melirik sekilas jam
tangannya, pukul 06.07. Doh! Kalau ia haru sarapan terlebih dulu, dia bisa
terjebak macet dan akan telat sampai di kantor.
“Aku minum air putih aja, aku udah
telat, Bun,” ujar Aurora sambil mengenakan sepatu hitamnya dan berjalan tergesa
menuju pintu.
“Ra, tunggu!” Bunda mengambil sebuah
kotak makan dan memasukan dua tangkup roti ke dalamnya, “Bawa ini. Keajaibannya
ada di sini,” kata Bunda.
Aurora menerima kotak makan itu,
mengecup ibunya, dan bergegas menuju stasiun.
Tanpa menyadari satu hal. Ia lupa,
bahan presentasi miliknya tertinggal di meja kamarnya.
***
Aurora bernafas lega. Ia sampai kantor
tepat waktu. Yang dimaksud tepat waktu adalah ia datang tepat sebelum rapat itu
di mulai.
Seluruh timnya yang ada di dalam
sana bernafas lega ketika Aurora memasuki ruangan.
“Selamat, Pagi!” sapanya sambil
tersenyum manis.
Untung dia cantik dan menarik. Setidaknya
hal itu membuat para petinggi dari perusahaan selai yang memegang market share terbesar di Jakarta Aley D’Ollay ikut
tersenyum dan melupakan keterlambatannya.
“Baik, langsung kita mulai saja,
Mbak Aurora,” pinta salah satu dari mereka.
Aurora mengangguk. Ia menghampiri
laptop milik perusahaan yang sudah di
link ke proyektor, duduk di kursi dan mencari flash disk di dalam tasnya.
Lima detik. Flash disk itu tidak ada di tempat ia biasa meletakannya.
Sepuluh detik ia mulai panik.
Tiga belas detik. Ia sadar flash
disk imut miliknya tertinggal di atas meja.
Lima belas detik. Aurora tambah
panik.
Ia mencoba mengatur ritme nafasnya. Mencoba
berpikir dan tetap mencari-cari keberadaan flash disk yang ia tahu tidak ada di
tasnya.
“Ra,” senggol Ardi. Teman sekantornya.
Semua orang sudah menunggu Aurora.
“Shhh, wait!” bisik Aurora.
Nihil, hasilnya nihil. Aurora makin panik,
di tasnya hanya ada alat make up, BlackBerry, Ipod, mukena, dompet, buku catatan, dan kotak makan isi roti dari
Bunda yang salah satunya sudah ia makan selama di jalan tadi.
Ini pasti karena aku nggak pakai sepatu itu, deh! Aaargh! Bunddaaaa! Umpatnya dalam hati.
Aurora benar-benar bingung.
Kemudian ia teringat kata-kata
Bunda. “Keajaibannya ada di sini.”
Ia menengok kotak makan berisi roti
dengan selai cokelat itu lagi.
Aurora, c’mon, think think think! Selai cokelat….Bunda….magic.
c’mon, Ra! Think…aha!
Ia seperti mendapatkan hidayah. Ia bangkit
dari duduknya. Melupakan flash disk yang tertinggal dan mengambil kotak makannya
kemudian memulai presentasi.
“Sarapan, seperti kita tahu kalau
sarapan itu adalah hal paling penting yang harus dilakukan. Tapi sebagian orang
apalagi yang tinggal di kota besar sering di buru waktu dan melupakan hal itu. Saya
berani bertaruh, pasti dari beberapa orang disini hanya satu atau dua orang
yang sudah sarapan. Betul?”
Mereka mengangguk. Dan Aurora makin lancar
mempresentasikan ide yang baru saja datang.
***
Seluruh tim menyalami Aurora setelah
presentasi yang hanya berlangsung lima belas menit dan langsung deal! Pikiran Aurora
masih melayang entah kemana. Masih tidak percaya. Ia berhasil! Hanya bermodalkan
roti isi selai cokelat pemberian Bunda. Ia berhasil.
“Selamat ya, Ra! Jargon lo keren
banget, Make your day full of miracle
with Aley D’Ollay. Good job!”
kata Dikateman satu divisinya.
Aurora hanya mengangguk dan
tersenyum kemudian pergi menjauh dari kerumunan. Ternyata tanpa sepatu cokelat
kesayangannya keajaiban bisa terjadi. Eh, bukan keajaiban. Ini semua berkat
Bunda. Ia berhasil karena doa Bunda bukan karena keajaiban.
Ia mengambil BlackBerry di tasnya kemudian menekan nomer Bunda.
“Halo, Ra. Ada apa?” sapa Bunda.
“Bundaaaaa! Aku sayang Bunda! Sayang
banget! Makasih ya, Bun udah mau cuciin sepatu aku dan doain aku.”
Di ujung sana Bunda tertawa lepas. Kemudian
kedua Ibu dan anak itu tenggelam dalam percakapan yang manis. Semanis roti isi
selai yang pagi tadi dimakan Aurora.
***
PS
: Project Imagination #16 dari tema “Selai Cokelat”
Karya ini terinspirasi dari seorang sahabat
yang lupa membawa bahan presentasi perkuliah sore tadi di Perancis sana--dan juga penyuka coklat, perut yang
lapar karena belum makan dan…Mama yang baik hati ketiduran menemani saya
menulis :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar