Do you know? Fate.
Is. A. Real. Bitch.
Diketemukannya aku dan kamu dalam satu wacana lalu dibuatnya aku jatuh
cinta, tapi kamu tidak.
Dibuatnya aku berbunga-bunga sedang kamu di ujung sana khidmat menangisi
kuburan masa lalumu.
Dibuatnya waktu seolah tersangka atas kegagalanmu melupakan dan
kebodohanku berandai menjadi milikmu.
Ha-ha-ha.
Takdir juga membuat kita bertanya-tanya kapan semua rasa sakit atas
kehilangan sesuatu yang sulit tergenggam ini berakhir.
Takdir membuat kita menerima dengan pasrah tanpa terlebih dulu berusaha
menyentuh—merengkuh—mengejar—menggenggam…
Jika masih kurang, takdir buat aku dan kamu saling tahu tapi pura-pura
tidak tahu.
Tahu bahwa memang ada kesempatan untuk bahagia jika aku dan kamu menjadi
kita.
Takdir membuat kamu seolah mendekat padahal nyatanya kamu jauh dan tak
tersentuh…
Takdir membuat aku merasakan lagi cinta pada orang yang tak mau memberi
kesempatan bagiku untuk sekedar mengecap rasa itu lagi.
Takdir membuat aku
berusaha untuk kamu tapi kamu tidak.
Now I feel like a
fate’s joke.
Dipermainkan rasa dari awal sejak kuputuskan untuk mengumpulkan serpihan
hatiku yang tercecer di lorong jalan sana untukmu sangat-sangat-sangat tidak
lucu!
Kamu harus tahu, kalau rasanya memang
sesakit itu. Meski harusnya memang tak sesakit itu karena…hey! Kamu adalah
sesuatu yang jauh dan tak pernah bisa tersentuh. Sesuatu yang belum pernah
menjadi milikku. Aku memang tidak seharusnya sesakit itu. Tapi aku sama dengan
kamu, meski hancur berkeping-keping, hati ini masih bisa merasakan segala rasa
yang Tuhan titipkan pada kita.
Well, jika memang takdir
yang memisahkan kita, ku harap nanti di akhir tidak ada penyesalan dalam hatimu
akan aku.
Dan kalau memang kamu tahu tapi kamu memilih untuk pura-pura tidak tahu,
cobalah kamu tengok senja di sana. Ia sama sepertimu.
Meski jauh dan tak tersentuh, semburatnya masih bisa menenangkan aku.
Menenangkan bertapak-tapak hatiku meski harus melepaskan semburat warna
itu saat bulan mulai bersiap untuk bercerita tentang bintang-bintang.
Seperti aku melepaskanmu saat ini.
Aku tenang. Aku damai. Aku rela.
Biarlah dirimu tetap jauh dan tak tersentuh.
Dan kamu menikmati masa lalumu itu sendirian.
Aku berdoa semoga kamu tidak pernah menyesalinya.
Karena aku akan melangkah tepat sebelum kamu tahu aku melangkah.
Dan ketika aku melangkah, ketahuilah; aku tak akan lagi dekat apalagi
bisa kau sentuh.
Fate is a real bitch,
Honey…
Tapi kalau aku masih di sini dan menyalahkan takdir, aku sama saja
sepertimu.
Dan aku tidak mau menjadi seperti itu; Tahu bahwa berhak bahagia dengan
cinta yang baru tapi memilih untuk pura-pura tidak tahu.
Jadi, selamat tinggal dan sampai jumpa pada takdir berikutnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar