Sabtu, 13 April 2013

Oh...Wait! WHAT?!



Jemari Bianca menari di smart phone miliknya. Ia sibuk membalas tweet dari Lea yang menanyakan ingin dibawakan apa untuk makan siang. Lea yang kini mengantri di tukang sate padang sudah hampir kehilangan kesabaran karena sudah hampir tiga kali Bi mengganti menu makan siang yang ia mau. Tadi pagi sebelum Lea berangkat kuliah, si Bi bilang ingin makan toge goreng. Lea menyanggupinya walaupun sesungguhnya, ia  tidak tahu bagaimana bentuk toge goreng itu. Ia menyanggupinya karena Bi sedang sakit. Maag Bi kambuh, sampai anak itu tidak pergi kuliah.
Tapi ketika tadi Lea selesai kelas, Bianca bilang sudah tidak ingin makan toge goreng. Si cantik bermata sipit tiba-tiba ingin makan pecel madiun. Lea senang, karena ia tidak harus mencari toge goreng yang ia tidak tahu. Dan ia tambah senang karena pecel madiun kebetulan ada di kantin mereka, jadi, makan siang untuk Bi beres.
Namun ketika Lea sudah melangkahkan kakinya menuju kantin untuk membeli pecel madiun untuk Bi dan seporsi mie ayam untuknya, tiba-tiba Bi mengirim mention pada twitternya dan bilang kalau ia ingin makan sate padang. Bi bilang ia harus makan makanan itu. Tidak peduli bagaimanapun Lea bilang ia sudah memesan pecel madiun. Karena rasa sayang, setelah mie ayam dambaannya ada di tangan, Lea akhirnya keluar kampus, naik angkutan umum dan pergi ke tukang sate padang langganan mereka berdua. Dalam hati Lea sudah bersumpah kalau sampai Bi mengganti makanannya lagi, ia akan membelikan Bi cimol telor. Makanan pinggir jalan yang sangat tidak disukai anak itu dan memaksa Bi untuk memakan porsi lima ribu cimol telor itu sampai habis bis bis.
Dan ternyata Bi benar-benar mengganti makanannya. Kali ini ia ingin makan soto ayam surabaya. Lea hampir berteriak dikeramaian ketika membaca mention dari Bi. Tapi karena begitu sayangnya Lea pada Bi, ia mengurungkan niatnya untuk membelikan Bi cimol telor yang sering dikutuk Bi kalau Lea membelinya sebagai cemilan. Kakinya melangkah keluar kios sate padang selepas ia memastikan bahwa kali ini Bi benar-benar ingin makan soto ayam surabaya tanpa ada penggantian lagi. Karena Lea sudah sangat lapar dan mie ayam yang dibelinya mungkin sudah mekar tidak karuan.
Lea sampai di kontrakan mereka empat puluh menit kemudian dan langsung berteriak-teriak memanggil Bi sambil menyiapkan wadah untuk makan siang mereka.
“Biiiiiii! Ini makanannya nih!” teriak Lea sambil menuangkan soto ayam Bi ke mangkuk.
Bi tidak menjawab. Bahkan Bi masih bergeming ketika Lea sudah mengunyahkan mie ayam mekarnya.
“Biancaaaaa!”
Tidak ada jawaban. Lea bangkit dari kursi meja makan dan berjalan menuju kamar Bi, tapi Bi tidak ada di sana. Lea bingung dan panik. Ia lalu ke kamar mandi, ia ingat tadi pintu kamar mandi mereka tadi tertutup ketika ia pulang. Lea mencoba membuka pintu kamar mandi itu, tapi, tidak bisa. Berarti Bi di dalam.
“Bi, lo di dalam, kan?” tanya Lea.
Tidak ada jawaban.
Lea mengetuk pintu kamar mandi, “Bianca! Jangan bikin panik gini dong ah!” omelnya.
“Iya, Le. Gue di sini,” jawab Bianca pada akhirnya.
Lea menghela nafas lega.
“Nyaut kek dari tadi kalo orang manggil. Bikin panik aja. Buruan, makan dulu, Bi.”
“Gue nggak lapar,” jawab Bi lemas.
“Apa lo bilang? Nggak lapar?!” ungkap Lea, “Gue udah bolak-balik ya Bi buat lo. Keluar buruan, ah! Makan terus minum obat. Udah tau maag dan muntah-muntah dari pa—“
“Gue nggak apa-apa kok,” ungkap Bi sambil keluar dari kamar mandi dan membuat Lea terhenti dari ceramah siangnya.
Lea menatap sahabatnya bingung. Karena ada kesenduan di wajah perempuan keturunan Cina itu.
Tanpa mengatakan apapun, Bi meraih tangan kanan Lea dan memberikan sebuah benda ke dalam genggamannya. Lea menatap benda itu. Kakinya terasa lemas ketika samar-samar matanya melihat tanda di benda kecil panjang bewarna putih itu. Ia mengangkat benda mungil itu untuk diteliti dan…
“OH! No!” teriak Lea sambil memandang Bi.
Bi membalas tatapan Lea dengan mimik muka yang tak bisa didefinisikan.
“Lo abis bersihin kamar mandi dan nemu ini? Iyyuh! Testpack siapa sih nih segala ketinggalan di kamar mandi kita? Tadi anak-anak main ke sini, Bi?” tanya Lea polos, “Garisnya dua lagi. Artinya positif kan, Bi?”
Bi terdiam.
“Bi?” panggil Lea sambil menggoncang bahu Bi yang terdiam dan menunduk.
Bi mengangkat wajahnya yang memerah karena menahan air mata, “Itu punya gue, Lea.”
"Oh...punya lo toh. Kirain punya..." kata Lea sambil berjalan menuju tempat sampah untuk membuang benda itu, "Wait!" Ia tak jadi membuangnya dan menoleh ke arah Bi dengan tatapan kaget, "WHAT?!"
***
sumber foto : tumblr.com

2 komentar:

  1. iiiiiihhh lanjutin sih :( suka banget bikin orang penasaran deh

    BalasHapus
    Balasan
    1. hahahha nanti aku kasih tau ya kalau udah aku post lanjutannya :*

      Hapus