Rabu, 24 April 2013

Untuk Mereka Yang Mengerti Siapa Mereka



I get ‘no’ and I know there will be so many no-s. still, I keep saying ‘no’ to give up. Life is stubborn but I am a bit stubborn than life.

Quote itu gue ambil dari tweet @windyariestanty beberapa hari lalu (FYI, dia adalah salah satu penulis kesukaan gue. Go check her timeline then go to her tumblr, you’ll know why I like the way she writes). Jujur aja, membaca tweet itu membuat gue menghela nafas dalam dan akhirnya…senyum lagi. Windy benar, hidup memang keras kepala. Tapi karena sudah sejauh ini gue masih bertahan, itu artinya gue lebih keras kepala—dikit—dari hidup. Haha. Lagipula memang nggak akan ada habisnya kalau kita membicarakan tentang; life’s bring us something we never ask. Contohnya ya itu tadi; theno’ word a.k.a penolakan.

Gue jamin, nggak akan ada seorang pun di dunia ini yang suka diberi kata ‘tidak’ atas apa yang mereka mau. Termasuk gue pribadi. But, HEY life’s goes on! No matter how hard life punch your face. Daripada gue nyinyir tentang hidup dan stuck di level orang yang pola pikirnya bikin orang sekitar pengen klik tombol ‘block’—seandainya memang ada—lebih baik gue omongin sesuatu yang lain. Yang membuat gue merasa sempurna dan berarti. #tsaaah

Okay, here we go.

Jauh sebelum gue sadar kalau gue pada akhirnya akan menjalani hidup ini sendiri, gue adalah orang yang cukup manja. Okeeee, manja banget! Gue bahkan pernah mengidap mother’s complex sewaktu SD. Hal itu membuat gue jadi anak yang tergantung dengan orang lain. Gue sangat annoying di kelas karena gue nggak bisa—lebih tepatnya nggak mau—sekolah kalau gue nggak liat wajah Mama di jendela kelas. Pembelaan gue saat itu adalah; karena gue sayang banget sama Mama dan gue nggak tega ninggalin Mama sendirian di rumah :)))) Padahal yang gue rasa saat itu adalah; insecure. Entah kenapa.

Tapi itu kan waktu gue masih kecil. Masih cere. Masih ke sekolah dengan rambut penuh jepitan warna-warni. Masih lucu dan gemesin. Masih suka tidur sambil ngelus-ngelus pipi mama. Masih ngira kalau lumba-lumba itu sejenis hiu dan mewek pas dicium lumba-luma gara-gara takut dimakan. Intinya, itu dulu banget. Waktu pun menyadarkan gue pada akhirnya. Sejak naik kelas tiga SD gue udah nggak perlu ngeliat Mama di jendela kelas. Bahkan sejak saat itu, si cengeng Riri, sudah berani maju ke depan kelas. Lalu si Riri yang annoying itu ternyata berani sampai mau jadi instruktur senam waktu SD. Bahkan dulu dia pernah menang lomba nyanyi lho! Dan Riri yang dulu jadi instruktur senam itu, sekarang dikenal dengan Riri yang suka nulis di blog dan berani ngomong di depan orang banyak ehehe. Bahkan beberapa orang mengenal gue sebagai si Riri yang urat malunya udah putus. Hahaha. It’s funny to see that people love to stereotype another peopleJ

Anyway, apapun yang orang bilang tentang gue itu adalah opini. Dan nggak semua opini itu harus dipikirin.

Waktu bukan hanya mendewasakan gue, tapi, waktu juga memberitahu gue kalau ; Life is bitchier than the bitch itself. Waktu dan hidup kongkalikong di belakang gue. Waktu memaksa gue untuk dewasa dan hidup memaksa gue untuk meratapi kedewasaan itu. Kenapa meratapi? Karena dua orang dewasa yang paling gue sayang di hidup gue bilang kalau hidup keduanya sudah tidak sama lagi. Bahwa katanya cinta yang ada itu sudah tidak cukup membuat mereka bertahan di bawah atap yang sama. Bahwa pisah adalah jalan lain menuju kebahagiaan yang hakiki.

Gue masih kelas tiga SMP waktu itu.

Yang ada dipikiran gue cuma gimana cara agar hewan pelirahaan gue di tamagochi nggak mati dan mikir gimana baca bacaan solat biar cepet supaya nggak ketinggalan nonton Hunter X Hunter. Udah itu doang. Mana kepikiran kalau ternyata cinta itu nyakitin sih? Nggak.
Sebelumnya gue pernah dapat banyak penolakan dari keduanya. Tapi, penolakan mereka untuk tetap satu atap itu adalah penolakan yang paling menyakitkan. BUT I AM LUCKY. Gue masih bisa teriak kalimat itu di depan orang plaing kaya sedunia kalau gue lebih beruntung dari dia. sangat jauh beruntung! Walaupun dua orang yang paling gue sayang itu udah nggak seatap lagi.

Sebab…Tuhan maha adil.
Dia maha peyayang.
Dia maha pemurah.

Di sela perang yang sama sekali bukan milik gue itu, Dia mengirimkan orang-orang yang memang tidak selalu di samping gue, tapi, gue yakin mereka selalu mendoakan gue. Dan siap kapan pun saat gue butuh sekedar teman nangis. Orang-orang yang paling dekat dengan gue setelah keluarga. bahkan mereka tetap ada ketika perang itu berakhir dan menyisakan dampaknya.

Mereka yang menjadi alasan kenapa hidup yang begitu bitchy ini masih bisa diketawain bahkan digodain. Mereka yang nggak pernah membiarkan gue melakukan hal bodoh...sendirian. Mereka yang menjadi orang pertama yang menyukai tulisan-tulisan gue. Mereka yang menyebalkan tapi ngangenin. Mereka yang paling tahu kejelekan gue tapi tetap mau mendukung gue. Mereka yang menenangkan di saat hidup seolah memaksa gue untuk panik. Mereka yang bisa bikin ketawa. Mereka yang bisa bikin gue tetap waras dan nggak lupa siapa gue. Mereka yang diam-diam gue sumpahin bahagia selama-lamanya. Mereka yang sering gue kepo-in. Mereka yang sangat gue sayang. Mereka yang sok bijak di saat otak gue nggak mood diajak dewasa. Mereka yang menjadi teman debat yang seru. Mereka yang meyakinkan gue tentang mimpi-mimpi gue. Mereka yang ketawa paling kenceng kalo gue jatuh terus baru nolongin.

Mereka yang gue sebut dengan bangga sebagai; sahabat.

Mereka yang nggak pernah tahu betapa kehadiran mereka di hidup gue sangat berarti buat gue. Lewat tulisan ini, gue mau mereka tahu. Semoga nggak besar kepala ya kalian haha. Ini adalah pengakuan terberat *sigh* hahaha I’m just kidding. Kalian sangat berarti. Sumpah. DEMIIII TUHHHH.....HAAANNN!!!

Terima kasih, ya. Sudah membuat gue lebih keras kepala dan lebih bitchy dari hidup yang keras kepala dan kejam ini.

Tanpa kalian, mungkin sekarang gue masih Riri yang memandang hidup itu adalah sesuatu yang nggak ada artinya.

Gue tahu terima kasih aja nggak cukup, tapi saat ini yang stoknya ada banyak cuma terima kasih. Diterima aja, ya. Nggak usah kebanyakan minta! ;p
Gue sengaja nggak mention nama kalian, karena gue tahu, kalian pasti tahu siapa kalian.

I know I’m a lil bit annoying sometimes, but please, don’t give up on me. Because I will never give up on you, guys.
*cheers*
24 April 13.
-Riri yang duduk di McD sendirian dan ngeliat orang-orang ngumpul sama sahabatnya.

(Gambar diambil dari favim.com)

3 komentar:

  1. Intinya lo tetep diri lo, berserta temen2 lo, yg sangat lo hargain, tp lo tetep diri lo sendiri, gtu ya? :p

    BalasHapus
  2. kok gue roaming ya?-_- maksuudddnyah? hahaha

    BalasHapus
  3. Gw jg bingung :p
    Sori2

    BalasHapus