“I get ‘no’ and
I know there will be so many no-s. still, I keep saying ‘no’ to give up. Life
is stubborn but I am a bit stubborn than life.”
Quote itu gue ambil dari tweet @windyariestanty
beberapa hari lalu (FYI, dia adalah salah satu penulis kesukaan gue. Go check her timeline then go to her tumblr,
you’ll know why I like the way she writes). Jujur aja, membaca tweet itu
membuat gue menghela nafas dalam dan akhirnya…senyum lagi. Windy benar, hidup
memang keras kepala. Tapi karena sudah sejauh ini gue masih bertahan, itu
artinya gue lebih keras kepala—dikit—dari hidup. Haha. Lagipula memang nggak
akan ada habisnya kalau kita membicarakan tentang; life’s bring us something we
never ask. Contohnya ya itu tadi; the
‘no’ word a.k.a penolakan.
Gue jamin, nggak akan ada seorang pun di dunia ini
yang suka diberi kata ‘tidak’ atas apa yang mereka mau. Termasuk gue pribadi. But,
HEY life’s goes on! No matter how hard life punch your face. Daripada
gue nyinyir tentang hidup dan stuck di level orang yang pola pikirnya bikin
orang sekitar pengen klik tombol ‘block’—seandainya
memang ada—lebih baik gue omongin sesuatu yang lain. Yang membuat gue merasa
sempurna dan berarti. #tsaaah
Okay, here we
go.
Jauh sebelum gue sadar kalau gue pada akhirnya akan
menjalani hidup ini sendiri, gue adalah orang yang cukup manja. Okeeee, manja
banget! Gue bahkan pernah mengidap mother’s
complex sewaktu SD. Hal itu membuat gue jadi anak yang tergantung dengan
orang lain. Gue sangat annoying di
kelas karena gue nggak bisa—lebih tepatnya nggak mau—sekolah kalau gue nggak
liat wajah Mama di jendela kelas. Pembelaan
gue saat itu adalah; karena gue sayang banget sama Mama dan gue nggak tega
ninggalin Mama sendirian di rumah :)))) Padahal yang gue rasa saat itu adalah; insecure. Entah kenapa.
Tapi itu kan waktu gue masih kecil. Masih cere. Masih ke
sekolah dengan rambut penuh jepitan warna-warni. Masih lucu dan gemesin. Masih
suka tidur sambil ngelus-ngelus pipi mama. Masih ngira kalau lumba-lumba itu sejenis
hiu dan mewek pas dicium lumba-luma gara-gara takut dimakan. Intinya, itu dulu
banget. Waktu pun menyadarkan gue pada akhirnya. Sejak naik kelas tiga SD gue
udah nggak perlu ngeliat Mama di jendela kelas. Bahkan sejak saat itu, si
cengeng Riri, sudah berani maju ke depan kelas. Lalu si Riri yang annoying itu ternyata berani sampai mau
jadi instruktur senam waktu SD. Bahkan dulu dia pernah menang lomba nyanyi lho!
Dan Riri yang dulu jadi instruktur senam itu, sekarang dikenal dengan Riri yang
suka nulis di blog dan berani ngomong di depan orang banyak ehehe. Bahkan
beberapa orang mengenal gue sebagai si Riri yang urat malunya udah putus.
Hahaha. It’s funny to see that people
love to stereotype another peopleJ
Anyway, apapun yang orang bilang tentang gue itu
adalah opini. Dan nggak semua opini itu harus dipikirin.
Waktu bukan hanya mendewasakan gue, tapi, waktu juga
memberitahu gue kalau ; Life is bitchier than the bitch itself.
Waktu dan hidup kongkalikong di belakang gue. Waktu memaksa gue untuk dewasa dan
hidup memaksa gue untuk meratapi kedewasaan itu. Kenapa meratapi? Karena dua
orang dewasa yang paling gue sayang di hidup gue bilang kalau hidup keduanya
sudah tidak sama lagi. Bahwa katanya
cinta yang ada itu sudah tidak cukup membuat mereka bertahan di bawah atap yang
sama. Bahwa pisah adalah jalan lain menuju kebahagiaan yang hakiki.
Gue masih kelas tiga SMP waktu itu.
Yang ada dipikiran gue cuma gimana cara agar hewan
pelirahaan gue di tamagochi nggak mati dan mikir gimana baca bacaan solat biar
cepet supaya nggak ketinggalan nonton Hunter X Hunter. Udah itu doang. Mana
kepikiran kalau ternyata cinta itu nyakitin sih? Nggak.
Sebelumnya gue pernah dapat banyak penolakan dari
keduanya. Tapi, penolakan mereka untuk tetap satu atap itu adalah penolakan
yang paling menyakitkan. BUT I AM LUCKY. Gue masih bisa
teriak kalimat itu di depan orang plaing kaya sedunia kalau gue lebih beruntung
dari dia. sangat jauh beruntung! Walaupun dua orang yang paling gue sayang itu
udah nggak seatap lagi.
Sebab…Tuhan maha
adil.
Dia maha peyayang.
Dia maha pemurah.
Di sela perang
yang sama sekali bukan milik gue itu, Dia mengirimkan orang-orang yang memang
tidak selalu di samping gue, tapi, gue yakin mereka selalu mendoakan gue. Dan siap kapan pun saat gue
butuh sekedar teman nangis. Orang-orang yang paling dekat dengan gue setelah
keluarga. bahkan mereka tetap ada ketika perang itu berakhir dan menyisakan dampaknya.
Mereka yang menjadi alasan kenapa hidup yang begitu bitchy ini masih bisa diketawain bahkan
digodain. Mereka yang nggak pernah membiarkan gue melakukan hal
bodoh...sendirian. Mereka yang menjadi orang pertama yang menyukai
tulisan-tulisan gue. Mereka yang menyebalkan tapi ngangenin. Mereka yang paling
tahu kejelekan gue tapi tetap mau mendukung gue. Mereka yang menenangkan di
saat hidup seolah memaksa gue untuk panik. Mereka yang bisa bikin ketawa.
Mereka yang bisa bikin gue tetap waras dan nggak lupa siapa gue. Mereka yang
diam-diam gue sumpahin bahagia selama-lamanya. Mereka yang sering gue kepo-in.
Mereka yang sangat gue sayang. Mereka yang sok bijak di saat otak gue nggak
mood diajak dewasa. Mereka yang menjadi teman debat yang seru. Mereka yang
meyakinkan gue tentang mimpi-mimpi gue. Mereka yang ketawa paling kenceng kalo
gue jatuh terus baru nolongin.
Mereka yang gue
sebut dengan bangga sebagai; sahabat.
Mereka yang nggak pernah tahu betapa kehadiran mereka
di hidup gue sangat berarti buat gue. Lewat tulisan ini, gue mau mereka tahu.
Semoga nggak besar kepala ya kalian haha. Ini adalah pengakuan terberat *sigh* hahaha I’m just kidding. Kalian sangat berarti. Sumpah. DEMIIII TUHHHH.....HAAANNN!!!
Terima kasih, ya. Sudah membuat gue lebih keras kepala
dan lebih bitchy dari hidup yang
keras kepala dan kejam ini.
Tanpa kalian, mungkin sekarang gue masih Riri yang
memandang hidup itu adalah sesuatu yang nggak ada artinya.
Gue tahu terima kasih aja nggak cukup, tapi saat ini
yang stoknya ada banyak cuma terima kasih. Diterima aja, ya. Nggak usah
kebanyakan minta! ;p
Gue sengaja nggak mention nama kalian, karena gue
tahu, kalian pasti tahu siapa kalian.
I know I’m a
lil bit annoying sometimes, but please, don’t give up on me. Because I will
never give up on you, guys.
*cheers*
24 April 13.
-Riri yang duduk di McD sendirian dan ngeliat orang-orang ngumpul sama sahabatnya.
(Gambar diambil dari favim.com)
Intinya lo tetep diri lo, berserta temen2 lo, yg sangat lo hargain, tp lo tetep diri lo sendiri, gtu ya? :p
BalasHapuskok gue roaming ya?-_- maksuudddnyah? hahaha
BalasHapusGw jg bingung :p
BalasHapusSori2