Minggu, 21 Oktober 2012

I Wonder If you Hurt Like Me


Dalam mini dress bewarna putih dengan motif tribal di sisi bawahnya seorang perempuan bertubuh mungil berdiri di tengah padang ilalang. Ia memejamkan mata seiring angin menari-nari dihadapan wajah cantik tanpa make up itu. Hati kecilnya berharap angin mampu membawa pergi seluruh kenangan dengan laki-laki yang beberapa bulan lalu mengenalkannya pada tempat damai ini. Namun, sayang, memejamkan mata malah membuat segala kenangan itu berputar di kepalanya seperti film.
Tiba-tiba saja ia merasa sesak. Ia membuka matanya segera dan menarik nafas dalam-dalam.
“Tenang, Keysha... kamu harus tenang,” bisiknya pada dirinya sendiri.
Sekali lagi ia menarik nafas kemudian membalikan badannya menuju civic hitam yang ia parkir tak jauh dari tempatnya berdiri. Ia membuka bagasi belakang mobil dan mengambil sebuah kotak yang tidak terlalu besar lalu kembali ke tempat ia berdiri tadi. Dihadapannya sudah ada lubang yang sebelumnya ia gali dengan susah payah berjam-jam lalu.
Ragu-ragu ia membuka kotak itu. Mata cantiknya langsung menangkap beberapa foto yang saling bertumpukan serta sebuah botol kecil berisi surat juga sebuah cincin yang liontinnya membuat mata coklat itu silau karena bias dari sinar matahari.
Semua benda yang ada di kotak itu adalah bukti nyata dari kenangan yang pernah diberikan laki-laki yang dicintainya. Hampir semua benda itu diberikan di padang ilalang ini. Tempat yang cukup jauh dari keramaian, tempat mereka biasa berbagi bahagia, bahkan kadang tempat mereka merajut mimpi.
Mimpi-mimpi yang mereka tahu tidak akan pernah jadi nyata bagaimana pun mereka berusaha mewujudkannya. Karena satu alasan ; iman yang berbeda.
Ia mencoba mengenyahkan segalanya yang telah terlewati. Dan salah satu caranya adalah dengan menguburkan semua kenangan itu di sini. Ia tau seperti layaknya pelari yang terus saja berlari dari garis start menuju garish finish. Kedua garis yang terlihat berbeda tapi ternyata letaknya sama. Begitulah semuanya berakhir. Di garish finish yang hanya berbeda nama dengan garis start di tempat awal mereka memulai segalanya.
BIP!
Ponselnya berbunyi seiring ia menutup pintu mobil.
10 SMS dari laki-laki yang dicintainya, Win.
Ia membaca acak SMS itu.
Win : Key, tunggu aku. Aku pasti datang ke sana.
Itu sms tiga jam yang lalu.
Win : Keysha?? Kamu belum pergi ke sana kan? Aku baru mau ke bandara. Acara pertunangannya baru selesai.
Win : aku udah terlambat. Ya kan? Kamu pasti udah mengubur semuanya di sana.
Win : Key..how could you do this to me?
Win : Keysha, answer me...
Keysha tertawa miris.
How could I do this to you? Karena memang kita nggak akan bisa bersatu, Winner. Batin Keysha.
Satu sms masuk kembali. Masih dari Win.
                Win : I wonder, Key. Every second I’ve been passed without you. I wonder..if you
                                     hurt like me or not?
Ia ingin sekali membalas sms itu. Menjelaskan bahwa ia sama terlukanya dengan Win. Menjelaskan bahwa hanya Win yang ia mau dan semua yang ia lakukan saat ini bukanlah kemauannya. Tapi, kemudian ia berpikir sebagus apa pun ia menjawab pertanyaan Win, tidak akan ada yang bisa merubah segalanya. Tidak ada kecuali Tuhan menciptakan satu iman yang sama untuk mereka sejak awal mereka hadir di dunia.
****

1 komentar: