Rabu, 13 Februari 2013

Kala Waktu Menggoda Cinta




Selalu ada yang pertama kali untuk apa pun. Termasuk cinta. Terutama jatuh cinta.
Dulu bagiku cinta tidak lebih dari sekedar balon berisi helium warna-warni. Cinta itu komidi putar di pasar malam. Cinta itu gulali bewarna pink yang manis. Cinta itu melihat kelinci putihku memakan wortel yang kuberikan. Cinta itu film kartun di hari minggu pagi. Cinta itu terlelap dalam pelukan Mama dan Ayah setelah seharian merajuk ingin mainan baru. Cinta itu mudah. Begitu sederhana. Selalu ingin diulang. Dan penuh tawa.
Tapi sayang, cinta tidak pernah sesederhana itu ketika waktu memaksaku untuk tumbuh dewasa. Seiring waktu berlalu cinta pun ikut tumbuh. Dibuatnya aku kecanduan dan kelebihan dosisnya. Dibuatnya aku merasa kecewa setelah sebelumnya aku dibuat percaya bahwa dua orang yang berbeda mampu mengalahkan apa pun. Haha. Ternyata cinta tidak semudah masa kecilku dulu.
Ternyata cinta sama egoisnya dengan waktu. Dibuatnya kami saling menemukan, kemudian waktu membuat cinta sedikit demi sedikit menghilang, dan akhirnya kini kami saling meninggalkan dalam marah.
Dia marah karena aku berubah.
Aku marah karena dia tak lagi sama.
Dan waktu membuat kami lupa bahwa mungkin yang berubah bukan aku atau dia, tapi, cinta.
Namun, sekali lagi, cinta membuat kami buta dan saling menyalahkan apa yang bisa disalahkan. Diam-diam pun waktu membuat kami menyesali cinta.
Lalu kamu pun datang menyapa. Jauh dalam hati, aku ingin berhenti untuk jatuh cinta. Apalagi memberi cinta. Apalagi terluka karena cinta. Apalagi mati karena cinta. Aku ingin waktu membawa pergi cinta dariku untuk selamanya. Aku tidak mau lagi mengulang rasa sesak karena cinta. Kemudian disela usahaku mengenyahkanmu, tiba-tiba kenangan tentang cinta pertama menyadarkanku.
Pertama kali aku mengenal cinta adalah lewat boneka donal bebek raksasa. Aku jatuh cinta pada pemberinya. Dia adalah pria yang membesarkanku, Ayahku yang tampan dengan lesung di pipinya. Pria kesayanganku yang hebat. Pria yang ku mau jika besar nanti mengantarkanku pada pria hebat yang mirip dengannya. Pria yang selalu memberikanku dan Mama pelukan yang hangat. Dia adalah pria pertama yang membuatku jatuh cinta dan ingin segera dewasa agar bisa menemukan pria seperti dia untuk jadi pendamping hidupku.
Percaya atau tidak, sejak saat itu, aku iri pada Mama. Betapa beruntungnya Mama memiliki pria sehebat Ayah sebagai pendamping hidupnya. Seorang pria yang bisa membuat mimpiku jadi nyata. Pria yang mengangkatku tinggi-tinggi sepulang kerja hanya untuk membuatku tertawa. Pria yang mengajarkanku memancing. Pria yang mengajarkanku untuk berani memegang serangga. Pria bertato yang lembut dan selalu bicara dengan penuh kasih kepadaku. Pria yang penuh kejutan. Pria pertama yang aku cintai sepenuh hatiku.
Dan waktu pun berlalu membawaku tumbuh dewasa seiring masa tua menyapa pria dan wanita hebatku.
Lalu tiba-tiba pria hebatku berubah. Peluknya sudah mulai jarang kurasakan. Senyumnya tak lagi semanis dulu. Ia ada tapi tidak benar-benar ada. Akhirnya suatu hari…ia pergi. Katanya untuk yang terbaik. Katanya cinta tak lagi ada antara dia dan Mama. Katanya bukan berarti ia tak menyayangiku lagi. Katanya ini hanya salah satu dari perjalanan hidup. Katanya semua akan baik-baik saja. Katanya ia akan menemuiku sesering mungkin. Katanya aku harus menerima perpisahan ini.
Nyatanya yang kurasakan hanya pedih.
Nyatanya ia sibuk dengan dunia barunya tanpa aku dan Mama.
Nyatanya ini tidak semudah yang ia katakan.
Nyatanya jarak makin membuat  rindu makin menganga.
Nyatanya ini hanya karena waktu mengikis cinta antara pria dan wanita hebatku.
Nyatanya memang tidak ada yang sempurnya di dunia ini termasuk aku dan cinta. Apalagi cinta pertamaku.
Hei, ayahku itu pria hebat. Tapi pria hebat seperti dia pun masih melakukan kesalahan, apalagi kamu yang belum jadi pria. Mungkin memang saat ini masih terlalu dini untuk menilai kamu. Tapi aku berusaha untuk mengenal kamu. Sedikit demi sedikit berusaha memahami kamu. Semoga kamu juga.
Because it ain’t easy to open my heart for a new love new direction, but…I really am trying, boy. To make my dreams come true. To complete my life. To love and be loved. To make you happy. No matter how much time try to make us separate, we will find a way to make this love stay on the right track. Of course we will, won’t we?

***
(gambar dari tumblr.com)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar