Selasa, 19 Februari 2013

Pagi Di Hatimu



Sehangat apa pun pagi di akhir Februari, masih terlalu dingin untukku nikmati sendiri. Angin semilir yang menari dari celah ventilasi dapur apartment ini bahkan mampu membuatku merinding dan makin berharap kamu ada di sini.
Kalau berbagi selimut masih belum bisa kita lakukan, setidaknya kamu bisa duduk di kursi pantry itu, tersenyum padaku sambil menggulung tangan kemejamu yang bewarna abu-abu—warna favoritku—sampai siku. Sementara aku sibuk kesana kemari—mengecek oven dimana banana muffin yang ku beli semalam ku panaskan untukmu kemudian menyeduhkan kopi hitam kental kesukaanmu. Minuman penambah semangat, katamu. Meskipun aku ingin bilang bahwa pelukanku lebih baik dari pada secangkir kopi ini, namun tak urung aku ungkapkan karena kamu pernah bilang bahwa kopi memang kalau jauh dengan pelukanku.
Berkali-kali kamu bilang itu…di mimpiku. Hahaha. Ya, hanya di mimpi. Karena belum pernah sekali pun aku dan kamu menghabiskan pagi bersama. Duduk berdua di pantry apartment milikku yang sederhana ini sambil membicarakan mimpi kita semalam kemudian saling menceritakan rencana hari ini. Seperti hari senin biasanya yang penuh rapat direksi, kamu akan ada di kantor sampai jam enam sore nanti—tidak, kamu tidak lembur karena kamu tidak suka itu, melainkan meng-copy film pesananku yang banyaaaaaak itu untuk referensi menulis. Dan aku akan menulis di apartment sampai jam makan siang—karena memang harus selesai sebelum jam satu—lalu pergi menemui editorku—membicarakan naskah dan hal-hal lain yang kamu tidak mengerti. Kita juga sudah sepakat untuk saling memberi kabar sesekali lewat BBM.
Sebelum kamu pergi bekerja ke kantor dan aku kembali menulis, kita membuat janji untuk makan malam bersama. Lalu kamu akhiri makan malam kita dengan kecupan selamat tidur di keningku  dan terucap lagi janji untuk menghabiskan pagi bersama esok hari.
Kita berdua pun tidur dengan nyenyak dalam kenyang dan bahagia.
We are just share stuff like the other couple—who try to be in love—do.
Sayangnya, kita belum sampai sejauh itu dan aku jadi geli sendiri. Menyadari bahwa begitu kental artimu di otakku—atau mungkin juga hatiku?—sampai terbawa mimpi berkali-kali bahkan mengkhayal semanis itu di pagi hari yang sepi. Hanya aku, cangkir kopiku, dan mataku yang tak henti mencuri pandang ke smart phone milikku; berharap ada pesan darimu.
Kamu tahu kan? Jatuh cinta itu mudah, yang tidak mudah adalah mendarat di atas cinta itu sendiri.
Seperti halnya denganku kini. Mungkin memang bukan jatuh cinta karena waktu terlalu singkat untuk menciptakan rasa. Tapi kalau memang ini jatuh cinta, aku sudah ada di dasar hatimu; terjun dengan perasaan bahagia tanpa menghitung jarak jatuh dan mendarat begitu saja. Kemudian patah hati. Berkeping-keping. Karena ternyata masih ada dia sedikit di sana. Sosok yang pernah membuatmu bahagia dan bahkan sudah berbagi pagi denganmu. Memang sudah tak sepenuhnya, namun masih mampu membuat kabut yang tebal untukmu melihat adaku.
Aku iri. Pada masa yang lewat namun masih membekas di hatimu. Panas di hati membuat cangkir berisi kopi panas ini menjadi tak berasa di telapak tanganku. Betapa cinta begitu lucu. Mampu membuat indera perasa menjadi mati rasa.
Tapi, sayangku, maaf aku lupa kalau masa lalu tidak bisa dirubah seperti menu sarapan kita setiap pagi.
Maaf ragu ini membuat masa depan terlihat tabu.
Maaf kalau pikiran irasionalku membuat kamu merasa terbebani.
Maaf aku lupa kalau sesuatu yang indah akan terjadi tepat pada waktunya.
Maaf aku lupa kalau masa lalu akan selalu ada di sana dan menjadi bagian dirimu sampai kapan pun. Begitu juga masa laluku. Akan selalu menjadi pengingat mengapa aku bisa seperti sekarang ini.
Sudah hampir jam delapan pagi, ucapan selamat pagiku belum juga kamu balas. Seketika aku berandai-andai, jam berapa kamu berhasil mengistirahatkan tubuhmu semalam? Sudah sarapankah kamu?
Kemudian aku berdoa diam-diam;
Semoga kamu tidak terlambat lagi.
Semoga harimu menyenangkan.
Dan semoga semangat pagi di hatimu tidak lagi disponsori oleh masa yang lewat. Semoga ucapan selamat pagiku mampu menggantikannya dan membuat pagi di hatimu tidak sedingin milikku. Semoga.
***
(sumber foto : tumblr.com)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar