Ada perasaan yang menggelitik hatiku
setiap matahari disembunyikan awan hitam dibalik kesombongannya dan gemuruh
mulai terdengar bersautan. Itu artinya aku hanya tinggal menunggu sampai awan
melepaskan rintik demi rintik air hujan ke bumi.
Dan nanti rintik-rintik itu akan
membawakan kembali kenangan yang sudah lama aku coba lupakan. Kenangan tentang
aku dan kamu. Satu persatu akan muncul dengan jelas dipikiranku.
Hey, kamu! Tahu bukan bahwa kamu adalah alasan mengapa hujan begitu
menyiksa untukku? Karena hujan itu selalu identik dengan kamu di kepalaku. Satu
dua detik memang sedikit, namun lama-kelamaan semakin banyak bahkan tidak
terbendung. Dan aku sama sekali tidak suka hal itu.
Sebab sekarang sudah Februari di
tahun baru ini. Artinya lebih sudah dari enam tahun aku mencoba melepaskan
bayanganmu dariku. Namun masih saja semesta mendukungku untuk terus
memikirkanmu lebih jauh. Membayangkan senyummu ketika aku menceritakan hariku.
Tersenyum sendiri ketika teringat saat pertama kali kita bertemu. Menitikan air
mata ketika kepalaku memutar bagian dimana kamu melangkah pergi, menjauh…dan
tak pernah kembali. Kemudian merutuki diri sendiri karena tak pernah bisa
melawan emosi ketika hujan menghantarkan aroma kesukaanmu; rumput basah. Sebab
aku rindu, aku rindu, aku sungguh rindu membaui aroma rumput basah denganmu.
Hujan memang selalu identik dengan
kamu. Sebab ia tak bisa ditebak. Apakah deras apakah tidak. Apakah benar turun
atau hanya ingin sekedar lewat hanya untuk membuatmu tetap terkenang. Dan aku
sama sekali tidak suka itu.
Sebab kamu dan segala hal tentang
kamu seharusnya memang sudah terlepas dari sejak dia menyapaku dan aku
menyapanya kembali. Namun nyatanya, tanpa aku sadari, kamu buat tato namamu di
ingatanku tanpa izin dariku.
Argh! Aku sama sekali tidak suka hal
itu! Tapi, hujan itu akan selalu identik dengan kamu. Sama-sama mampu
melunturkan segala upaya yang aku lakukan untuk melupakanmu. Samar-samar namun
pasti, kini perasaanku untuknya memudar…terhapus oleh senyummu setiap hujan
turun.
Hujan memang selalu identik dengan
kamu yang pernah mencintaiku dulu. Meskipun begitu, aku tak pernah berhenti
berdoa pada Tuhan; Jika memang hujan
turun untuk sebuah kebaikan, maka biarkanlah yang memudar ini rasa ragu untuk
tetap bersamanya. Sebab waktu yang telah ku habiskan untuk belajar mencintai
lelakiku kini, lebih banyak dari pada waktu yang dia—lelaki dari masa lalu—habiskan
untuk mencintaiku.
Memang hujan akan selalu identik
dengan kamu. Namun, teduh pun selalu ada setelah hujan pergi. Membuat lega
seluruh hati yang berharap hujan segera berhenti. Seperti dia, lelakiku kini. Satu-satunya
alasan yang membuatku bersyukur karena hujan turun.
Dia
adalah teduhku. Lelaki yang mengajariku bahwa waktu dan rasa memang tidak bisa
dikendalikan, tapi, kita bisa memilih; untuk tetap menghabiskan waktu dengan
rasa yang sakit atau memanfaatkan waktu untuk belajar mengecap lagi rasa
bahagia.
He’s
my man, my future, my home, my happiness, my answer, and my final journey.
Tanpa kamu, hujan, aku tidak akan
pernah bertemu teduhku.
God
is really a good director
and our story will always be a part of me
until the end of time, rain.
***
(Sumber foto : tumblr.com)
Kak..................................................... :')
BalasHapusGakuat gakuat. Kece!
awww, makasih Jussy :')
BalasHapus