Lucu
adalah ketika kita yang beberapa saat lalu saling bahagia dalam mesra kini
saling memaki dalam amarah.
Aku berteriak karena muak melihatmu diam ketika aku
membicarakan tentang kita.
Kamu membalasnya karena lelah mendengarku mengeluh.
Lalu kita saling menyalahkan, memojokan, hingga
akhirnya yang terlintas untuk diucapkan hanyalah kata pisah.
Selesai.
Berakhir.
Titik.
HA HA HA. Akan terus seperti inikah kita? Bersama
karena ego. Terpisah karena gengsi.
Demi Tuhan, aku dan kamu pernah bahagia bersama sebagai
sepasang manusia yang mengikat janji setia.
Aku dan kamu pernah merasakan indahnya rasa saling
memiliki. Kamu bahkan mengajarkanku untuk belajar bahwa berbagi tidak berarti
kehilangan apa yang telah diberi. Berbagi artinya kita mengerti untuk saling
melengkapi. Iya, kamu yang mengajarkan itu padaku. Lupakah kamu? Karena aku
tidak.
Namun, kita akan selalu seperti ini jika terus bersama.
Bertahan karena jarak. Terpisah karena jengah.
Meski pun aku dan kamu pernah menertawakan hidup yang
berjalan sulit, bahkan kita berhasil membuat ribuan joke dari yang garing
sampai yang sangat lucu tentang hidup.
Tapi, kita akan terus seperti ini! Kembali karena
rindu, menjauh karena bosan.
Tak peduli jika dulu aku dan kamu pernah merangkai
mimpi yang sama. Meniti tiap tangganya berdua dan saling meyakinkan kalau anak
tangga yang kita titi ini akan segera berakhir pada tujuan kita.
Kita tetap akan seperti ini. Tak terpisahkan oleh
jarak tapi terombang-ambing dan hampir tenggelam dalam ragu.
Walau kita bahkan sudah mulai memaklumi segala tingkah
ajaib masing-masing.
Kita tak akan bosan seperti ini. Bermain dengan rasa
kemudian terluka karena rasa mempermainkan kita kembali.
Dan setelah semua caci makimu padaku, aku tetap mengakui,
kita pernah sebahagia itu.
Bagaimana dengan kamu?
Hmm...
Sudahlah. Bila terus mempertahankan kata ‘kita’ demi
waktu yang sudah terlewati bersama, yang ada hanya akan membuat luka semakin
menganga.
Lebih baik kini kita lebur semua rasa dalam dada.
Sudah jangan lagi kembali merangkai apa yang kita keluhkan bersama beberapa
menit lalu.
Tahukah kamu apa yang harus kita lakukan?
Aku tahu. Kita harus berhenti.
Kita hanya perlu berhenti berjalan berdampingan dan
mulai mengambil jalan berbeda.
Kalau tidak, kita akan terus seperti ini. Menyalahkan
dalam tanya tanpa berusaha mengungkapkan dan menemukan jawabannya.
Sudahlah.
Biar kini kesal meraja.
Biar luka kini yang menjadi teman selama perjalanan
aku dan kamu masing-masing.
Biar saja. Tak apa.
Yang terpenting, kita tak saling berdoa untuk tetap
dalam satu cinta tapi saling berpaling untuk menghilangkan penat.
Karena aku muak dengan alibimu.
Karena aku lelah menjadi orang yang selalu baik-baik
saja padahal tidak.
Karena kita benar-benar butuh berhenti.
Berhenti dan memperbaiki diri.
Biar tak ada lagi rasa sesak ketika kamu mengecewakan
aku.
Biar tak ada lagi kesalmu ketika aku tak mau mengerti
kediamanmu yang sunyi.
Dan sebelum kita berpisah di persimpangan jalan ini.
Dengarkanlah satu pintaku ;
Ingatlah kalau kita pernah bahagia.
Maukah kamu?
Karena aku mau.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar