Bertemu denganmu
lalu jatuh cinta tidak pernah ada dalam perencanaan hidupku. Buatku segala hal
yang berkaitan dengan cinta dan komitmen hanyalah jalan yang dipilih manusia di
seluruh dunia ini untuk semata-mata bereproduksi. Tidak lebih dari itu. Namun, ternyata
hati tidak pernah bisa memilih untuk jatuh di tempat yang benar pada orang yang
tepat. Aku baru sadar akan hal itu ketika aku merekam jejakmu di hidupku.
Gerimis masih menggantung
di awan ketika kamu menyapaku untuk pertama kali. Tidak ada getaran apalagi
perasaan yang berbeda kala itu. Aku pikir, kamu adalah pria yang sama dengan
pria lainnya. Yang datang untuk coba-coba. Iseng-iseng berhadiah. Yang hanya
ingin aku sebagai teman menghabiskan malam agar tidak terlalu dingin. Haha, ya,
kamu memang seperti itu. Tapi, kamu memang hebat memainkan peranmu. Kamu buat
aku merasa bahwa kamu berbeda dari mereka. Sebab kamu dengan sabar menungguku
membuka hati dan perlahan namun pasti kamu melangkah ke dalam hatiku, membangun
konstruksi permanen tanpa izin yang isinya hanyalah kamu, mimpimu, dan hidupmu.
Konstruksi yang tidak sanggup aku hancurkan meski beribu luka sudah kamu
hujamkan.
Jika pertama
kali kamu menyapa gerimis masih menggantung, maka gerimis sudah berubah menjadi
hujan kala benteng pertahanan yang aku bangun untuk hal-hal ajaib bernama cinta
runtuh. Kamu dengan gagah melangkah di antara puing bentengku itu dan
menjanjikanku sebuah perbaikan. Kamu menjanjikanku sebuah masa depan lengkap
dengan rumah impian, bukan sekedar benteng pertahanan seperti ini. Kamu berhasil
mengubah hatiku yang beku menjadi mencair dan hidup lagi. Sebab kamu hembuskan
harapan tentang bahagia di sana.
Dan...aku
hanya wanita biasa.
Yang tidak
pernah bisa menolak perasaan bahagia karena dilindungi.
Yang tidak
mampu menarik diri ketika sudah menjatuhkan hati.
Yang terlanjur
menggantung potret dirimu sebagai sosok pahlawan di ruang hatiku yang terbuka. Di
mana semua orang bisa melihatnya dan merasa iri padamu sebab aku begitu
membanggakanmu. Bahkan ibuku mulai percaya akan kamu. Bahkan semua orang mulai
masuk ke dalam skenariomu yang pantas dianugerahkan lima bintang dalam review di good reads.
Kamu memang benar-benar hebat.
Topeng yang
kamu kenakan sungguh baik sampai tidak ada satu pun di sekitar kita yang
percaya kalau tidak ada laginya kata ‘kita’ adalah karena kamu yang berubah
brengsek dan menyebalkan seperti pria lainnya. Mereka berpikir bahwa aku lah
yang meninggalkanmu. Aku lah yang jahat. Aku lah yang membuat kamu berubah
menjadi sosok yang tidak aku kenal seperti ini.
Tapi, mereka
tahu apa? Mereka hanya melihat kulit dari kisah kita. Toh, memang aku tidak
ingin membuatmu terlihat buruk di hadapan mereka. Aku menghormatimu sebagai
pasanganku. Lagi pula, tidak satu pun dari mereka yang tahu sulitnya
perjuanganku mempercayakan hatiku untuk kamu jaga. Mereka tidak tahu bagaimana
terjalnya aku mempertahankan kita. Mereka tidak tahu bagaimana sakitnya aku
menemukanmu berubah menjadi sosok yang tidak aku kenal. Mereka tidak tahu
bagaimana rasanya menunggu kamu pulang tanpa kabar. Mereka tidak tahu beratnya
bertahan di kala kamu terus menerus memintaku untuk pergi. Mereka tidak tahu
jalan yang sudah aku lewati untuk mempertahankan apa yang nantinya memang akan
menjadi milikmu.
Mereka tidak
tahu itu, Sayangku.
Yang mereka
tahu hanyalah sudah tidak ada lagi kita.
Yang mereka
tahu hanyalah aku gagal lagi dalam cinta.
Yang mereka
tahu aku sama seperti wanita-wanita lainnya itu; tidak komit hingga kamu
memilih pergi.
Mereka memang
tidak perlu tahu. Toh kalau tahu hanya akan tertawa. Atau minimal pura-pura
simpatik tapi dalam hati juga tertawa karena kita yang aku banggakan setengah
mati kini menguap ke udara menjadi polusi.
Biar saja, nanti
lama-lama mereka akan tahu. Siapa kamu. Siapa aku. Siapa kita dulu dan mengapa
kita melebur jadi debu. Semua hanya permainan waktu, Sayangku. Kamu bisa saja
bahagia dan tertawa bersama dia sekarang ini sedang aku memunguti kepingan hati
yang kamu buang ke jalanan dengan harga diri yang hampir tak bersisa. Mungkin, kamu berpikir tidak akan kehilangan aku sebab ada satu keping dari hatiku yang pecah berantakan itu kamu bawa serta. Tapi pada saat kamu yakin tidak akan kehilangankulah, kamu kehilangan aku. Because you forget something, my dear, you
forget that wheels are keep running. You forget karma does exist. You forget that once you let me go, I'd never return your call. Aku bukannya
menyumpahimu, tapi aku yakin Tuhan ada. Dan Dia nanti yang akan menunjukan pada
mereka mengapa kini ‘kita’ hanya tinggal kata tanpa makna.
***